Sebentar lagi investor akan kedatangan alternatif instrumen moneter baru yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI) meluncurkan SRBI guna meningkatkan pasar keuangan domestik yang terbuka bagi investor dalam dan luar negeri yang rencanya lelang pertama akan dilakukan pada 15 September 2023 mendatang.

Kehadiran SRBI tentunya membuat pasar surat utang semakin bersaing. Yield yang dihasilkan untuk Surat Berharga Negara (SBN) tenor 6 bulan kini berada di kisaran 6,16%, sedangkan reverse repo BI tenor 6 bulan berada di kisaran 6,31%. Diprediksi SRBI akan memiliki yield yang lebih tinggi lagi untuk menarik investor sekaligus membantu menjaga likuiditas rupiah.

Hingga saat ini setidaknya terdapat tiga alternatif untuk menyerap likuiditas jangka pendek termasuk, SBN tenor pasar uang, time deposit, dan JIBOR (Jakarta Interbank Offerred Rate). Kehadiran SRBI akan menambah warna baru pada likuiditas jangka pendek khususnya dengan yield yang lebih tinggi.

SRBI boleh dibeli oleh semua orang yang berminat dengan lelang perdana pada 15 September 2023. Kemudian akan digelar setiap rabu dan jumat untuk tenor enam, sembilan dan dua belas bulan. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Edi Susianto memberikan sinyal bahwa imbal hasil yang ditawarkan SRBI tidak akan jauh berbeda dengan RR SBN (Reverse Repo Surat Berharga Negara) yang baru saja di lelang pada 18 Agustus lalu. Bedanya RR SBN yang lalu hanya dapat dibeli oleh perbankan, sedangkan SRBI dapat dibeli oleh semua orang.